LDL adalah bagian dari keluarga protein dengan tipe low-density lipoprotein. Salah satu fungsi dari lipoprotein adalah membawa kolesterol yang tidak larut dalam darah. LDL disebut low-density lipoprotein karena partikel LDL cenderung kurang padat dibandingkan jenis partikel kolesterol lainnya. Jadi, dalam jumlah normal LDL sebenarnya diperlukan oleh tubuh. Lalu kenapa LDL disebut sebagai kolesterol jahat? Hal ini terjadi karena LDL memiliki kecenderungan untuk menempel pada dinding sel darah. Pada saat LDL menempel di dinding sel darah maka sel darah putih akan “menyerang” LDL tersebut dan merubahnya menjadi bentuk yang berbahaya (oxidized LDL).
Semakin lama, semakin banyak LDL dan sel darah putih yang terkumpul di area tersebut sehingga mulai terjadi penumpukan yang kita kenal dengan sebutan plak. Proses ini cenderung terjadi berlarut-larut dan lama-kelamaan akan menyumbat pembuluh darah.
Proses inilah yang membuat LDL dikenal dengan nama kolesterol jahat. Sulitnya lagi, banyak orang yang belum mengenal peran LDL dalam pembentukan plak di pembuluh darah. Mereka seringkali kurang memperhatikan kadar LDL dalam hasil tes darahnya, dan lebih fokus pada nilai kolesterol total. Berapakah kadar LDL yang normal dalam darah? Berikut adalah Panduan dari American Heart Association:
Panduan Kadar LDL
< 100 mg/dL | : optimal | |||||||
100 – 129 mg/dL | : mendekati optimal | |||||||
130 – 159 mg/dL | : batas normal tinggi | |||||||
160 – 189 mg/dL | : tinggi | |||||||
190 mg/dL atau lebih | : sangat tinggi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar